Sabtu, 03 Desember 2016

Asuhan Keperawatan Maternitas : KONSEP EKSTRAKSI FORCEPS

Di Poskan Oleh Perawat Indonesia pada Sabtu, 03 Desember 2016

2.2.3.1. Definisi
              Ekstraksi forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya.     (Hanifa W,1991: 88)
              Cunam atau forceps adalah suatu alat obstetrik terbuat dari logam yang digunakan untuk melahirkan anak dengan tarikan kepala.(Phantom,______:178)
              Ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin ( kepala ) dengan alat cunam. ( Bari Abdul, 2001: 501)
2.2.3.2. Tujuan
             Menurut Rustam Mochtar 1998, persalinan dengan ekstraksi forceps bertujuan:
              1. Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
              2. Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan   depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK ki /ka belakang menjadi UUK depan ( dibawah symphisis pubis)
              3. Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala
2.2.3.3. Jenis Tindakan Forceps
              Berdasarkan pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan  beberapa macam tindakan ekstraksi forceps, antara lain:
          1. Forceps rendah
Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum, forceps dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.
          2. Forceps tengah
 Pada kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps tengah adalah forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps berat membuktikan terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat diganti dengan ekstraksi vaccum.
          3. Forceps tinggi
Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria.
       ( Manuaba,1998: 348)
2.2.3.4 Indikasi
            Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah
1. Indikasi ibu
Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.
Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir artinya partus sudah berlangsung lama.
Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.
Eklamsi yang mengancam
Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV,  pembukaan cervix lengkap, ketuban sudah pecah atau  2jam mengedan janin belum lahir juga
Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal  Ibu dengan decompensasi kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang),  pre eklamsi berat,  ibu dengan asma broncial.
Partus tidak maju-maju
Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.
         2. Indikasi janin
             Gawat janin
             Tanda-tanda gawat janin antara lain :
             Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, adanya mekonium (pada janin letak kepala)
  Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik
              (Rustam Muchtar,1995: 84-85)

2.2.3.5 Syarat
            Syarat-syarat untuk dapat melakukan ekstrasksi forceps antara lain:
              1. Pembukaan lengkap
              2. Selaput ketuban telah pecah atau dipecahkan
        3. Presentasi kepala dan ukuran kepala cukup cunam
        4. Tidak ada kesempitan panggul
        5. Anak hidup termasuk keadaan gawat janin
        6. Penurunan H III atau H III- H IV ( puskesmas H IV atau dasar panggul)
        7. Kontraksi baik
        8. Ibu tidak gelisah atau kooperatif                                     
 ( Bari Abdul, 2001: 502)
2.2.3.6 Kontra Indikasi
            Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi
  1. Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit dipegang oleh forceps
  2. Anencephalus
  3. Adanya disproporsi cepalo pelvik
  4. Kepala masih tinggi
  5. Pembukaan belum lengkap
  6. Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel
  7. Jika lingkaran kontraksi patologi  bandl sudah setinggi pusat atau lebih
(Muchtar Rustam, 1995: 85)

2.2.3.7   Komplikasi
              Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut
          1. Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
Perdarahan yang dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta trauma jalan lahir yang meliputi  ruptura uteri, ruptura cervix, robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum.
 Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam
   Komplikasi segera pada bayi
Asfiksia karena terlalu lama di dasar panggul sehingga  terjadi rangsangan pernafasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung jaringan  otak.
              Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi 
Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
          2. Komplikasi kemudian atau terlambat
              Komplikasi pada ibu
Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.
              Infeksi
              Penyebaran infeksi makin luas
              Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal.
Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk:
              Trauma ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps
              Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis.
Gangguan susunan saraf pusat
              Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual.
              Gangguan pendengaran dan keseimbangan.


2.2.3.8 Perawatan Setelah Ekstraksi Forceps
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa, hanya memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi.Oleh karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian infus sampai tercapai keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi rahim menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk menghindari infeksi. ( Manuaba, 1998: 253)

2.3  KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN POST FORCEPS    EKSTRAKSI INDIKASI EKLAMSI
Pada klien post forceps ekstraksi indikasi eklamsi perlu dilakukan perawatan kebidanan secara intensif dengan menggunakan pendekatan menejemen kebidanan secara terpadu dan berkesinambungan.
Untuk itu pada kesempatan ini, menejemen kebidanan yang kami terapkan berdasarkan teori Helen Varney yang menggunakan 7 langkah,meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa, masalah, diagnosa potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2.3.1   Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan kebidanan yang terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data yang diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.

2.3.1.1 Data subyektif
1.      Biodata, mencakup identitas klien serta suami yang terdiri dari:
Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu ditanyakan nama panggilan sehari-hari.
Umur dicatat dalam tahun, sebaiknya juga tanggal lahir klien, umur berguna mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.
Alamat perlu dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak, misalnya ibu yang dirawat memerluan bantuan keluarga. Dengan adanya alamat tersebut keluarga klien dapat segera dihubungi. Demikian juga alamat dapat memberikan petunjuk tentang keadaan lingkungan tempat tinggal klien.
Pekerjaan dicatat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pekerjaan dengan permasalahan kesehatan klien dan juga pembiayaan.
Agama perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan. Dengan diketahuinya agama klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melakukan asuhan kebidanan.
Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya, tingkat pendidikan dan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
Status perkawinan ditanyakan pada klien untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan.
2.      Keluhan utama
Keluhan yang mungkin dapat terjadi dan dirasakan oleh ibu nifas post ekstraksi forceps adalah:
Ibu merasa mules-mules pada perut atau, ibu merasa sakit pada luka jahitan perineum, adanya pengeluaran lochia rubra, merah, jumlah lebih banyak dari keadaan fisiologis, ibu merasa pusing kepala, nyeri ulu hati dan penglihatan kabur.
3.      Riwayat Obstetri
Riwayat obstetri yang perlu dikaji adalah
Riwayat Haid
Riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan adalah menarche, siklus teratur atau tidak, lamanya menstruasi, banyaknya darah yang keluar, menstruasi terakhir, dismenorrhoe. Hal ini perlu ditanyakan terutama untuk mengetahui usia kehamilan.
Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Yang perlu ditanyakan pada klien yang pernah hamil adalah untuk menentukan faktor risiko. Riwayat kehamilan yang lalu dengan pre eklamsi atau tidak. Pada klien yang pernah melahirkan yaitu tempat melahirkan, cara melahirkan BB anak saat lahir, PB anak saat lahir, usia saat ini, kelainan saat nifas dan riwayat meneteki.
Riwayat kehamilan sekarang
Yang perlu ditanyakan adalah para, abortus, umur kehamilan, tempat pemeriksaan kehamilan, frekwensi pemeriksaan kehamilan, kelainan yang dialami waktu hamil, penggunaan obat dan jamu. Sewaktu usia kehamilan 20 minggu atau lebih apakah mengalami kenaikan tekanan darah, bengkak pada wajah, tungkai, tangan, pusing, nyeri ulu hati dan penglihatan kabur serta apakah ibu pernah kejang selama hamil.
Riwayat keluarga berencana
Perlu dicatat bagi ibu yang pernah mengikuti program keluarga berencana. Hal ini penting diketahui untuk mngetahui apakah kehamilan yang sekarang memang direncanakan atau tidak. Jenis kontrasepsi yang digunakan, lamanya menggunakan alat kontrasepsi dan rencana setelah melahirkan.
4.      Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan  yang perlu dikaji meliputi:
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang dialami
Data yang perlu dikaji meliputi apakah klien punya penyakit menular, menahun serta menurun.
Perilaku kesehatan
Data yang dukaji meliputi tanggapan klien terhadap minum-minuman keras, merokok, personal hygiene, obat-obatan yang sering diminum.
Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan klien maupun bayinya, antara lain penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus, keturunan kembar dan koch pulmonum.
5.      Keadaan psikososial
Yang perlu dikaji dari pasien adalah bagaimana sikap klien terhadap interaksi yang diadakan bidan, bagaimana rencana meneteki bayinya, rencana perawatan bayi, dirawat sendiri atau dirawat oleh keluarga. Juga perlui ditanyakan pengetahuan ibu tentang kesehatan setelah melahirkan meliputi mobilisasi dini, perawatan payudara, kebersihan diri khususnya daerah genitalia. Fungsi psikososial khususnya peran suami dalam mendukung kesembuhan klien.
6.      Riwayat adat kebiasaan
Yang perlu dikaji adalah adat kebiasaan keluarga dalam pertolongan persalinan dan pasca persalinan, demikian juga adanya kebiasaan lain yang ada hubungannya dengan kesehatan klien dan janinnya.
7.      Pola pemenuhan kebutuhan
Nutrisi
Perlu ditanyakan pemenuhan nutrisi selama dirumah sakit apakah klien menghabiskan porsi yang dikonsumsi, kalau tidak apakah klien dibawakan makanan dari rumah.
Tanyakan juga kebiasaan makan dirumah selama hamil biasanya berapa kali  dalam satu hari, berapa piring dalam satu kali makan, jenis makanan dan adakah makanan yang berpantang selama hamil. Hal ini perlu ditanyakan karena kebiasaan makan mempengaruhi proses pemulihan kesehatan klien.
Untuk klien dengan post eklamsi nutrisi yang diperlukan adalah diit   rendah garam.Contoh diit rendah garam ada pada lampiran 2.
Aktifitas
Ditanyakan kemampuan aktifitas klien selama dirumah sakit apakah mengalami hambatan atau tidak, karena pada ibu nifas post eklamsi  mobilisasi dini dapat mulai dilakukan saat keadaan klien berangsur membaik kira- kira 12 – 24 jam post partum.Mobilisasi dini dapat dimulai dengan tidur telentang, lalu miring kanan kiri, serta belajar duduk pada hari ke dua, hari ke tiga belajar berjalan dan hari ke empat atau kelima sudah boleh pulang.
Istirahat dan tidur
Selama dirumah sakit apakah klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidurnya yaitu kira-kira 7 – 8 jam sehari. Berapa jam klien tidur dalam sehari, bila tidak dapat tidur ditanyakan apakah sebabnya, apakah menimbulkan gangguan atau tidak.
Kebersihan diri
Selama melahirkan apakah dapat melakukan atau mandi sendiri di kamar mandi atau masih diseka. Tanyakan kapan ganti pembalut, berapa kali dan jumlah perdarahan.
Eleminasi alvi dan uri
Apakah selama dirumah sakit klien sudah buang air kecil, kalau belum mengapa. Karena pada klien dengan post operatif  vaginam selama proses persalinan kandung kemih mendapat tekanan sehingga dapat mengakibatkan gangguan eleminasi uri, kalau sudah apakah disertai rasa nyeri atu tidak, dan buang air kecil sudah harus terjadi secara spontan pada 8 jam post partum. Apakah sudah buang air besar atau belum, karena pada post partum BAB sudah harus terjadi pada hari ke 2- 3 post partum, kalau belum mengapa, kalau sudah bagaimana konsistensi dan warnanya, tanyakan juga kebiasaan buang air besar dirumah, karena kebiasaan buang air besar yang tidak tiap hari kadang tidak menimbulkan gangguan.
8.      Pola persepsi
Bagaimana penerimaan klien tehadap tindakan yang dilakukan terhadap proses persalinan.
2.3.1.2 Data obyektif
Merupakan data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
            Data obyektif yang dapat ditemukan pada ibu nifas adalah:
1.       Riwayat persalinan
Yang perlu ditanyakan adalah tempat, tanggal, jam persalinan, penolong, jenis persalinan serta masalah- masalah yang timbul selama persalinan.
2.     Keadaan umum, kesadaran yang diperoleh dari pengamatan dan pemeriksaan umum pada klien saat pengkajian .Apakah klien terlihat pucat atau segar, apakah klien sadar penuh dan dapat beradaptasi dengan keadaan disekitarnya.
3.     Tanda-tanda vital
Hal- hal yang diperiksa adalah tekanan darah, suhu rektal atau axiler, denyut nadi dan pernafasan.
4.     Tinggi badan dan berat badan
Dapat diperiksa apabila keadaan memungkinkan, apabila klien masih tiduran tidak perlu dicantumkan atau diukur.

5.     Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan adalah
                      Muka                       : Pucat, terdapat chloasma gravidarum atau tidak, ekspresi wajah serta ada oedema atau tidak
                      Mata                        : Conjungtiva warna pucat atu tidak, terdapat ikterus atau tidak pada gigi terdapat caries atau tidak serta kebersihannya.
                      Mulut                       : Terdapat stomatitis atau tidak, pada gigi terdapat caries atau tidak ssrta kebersihannya.
                      Leher                       : Pembesaran kelenjar tiroid ada atau tudak, pembesaran vena jugularis ada atau tidak.
                      Dada                        : Bentuk dada simetris atau tidak, pembesaran payudara, keras, lembek, bentuk putting susu, serta colostrum keluar atau belum.
                      Perut                        : Inspeksi              : apa ada luka bekas SC, striae, linea
                                                      Palpasi                  : TFU secara normal pada hari pertama post partum setinggi pusat serta kontraksi uterus untuk mengetahui proses involusi.
                      Genitalia                  : Inspeksi              : Kebersihan, lochia rubra,warna merah, bau serta banyaknya.
                      Perineum                  : Terdapat bekas episiotomi, banyaknya jahitan, oedema atau tidak, ada tanda infeksi atau tidak serta luka tampak kering atau basah.
                      Anus                        : Adakah haemorrhoid
                      ekstremitas               : atas: adakah oedema, terpasang infus atau tidak
                                                      bawah: adakah oedema, ada farices atau tidak serta reflek patela.
6.     Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi Hb, asam urat, fungsi ginjal, 
Urine
Pemeriksaan laboratorium bisa diulang sesuai keperluan.
7.     Pemeriksaan fisikProgram pengobatan dokter
Sesuai dengan terapi di konsep dasar eklamsi.
2.3.2     Analisa Data Diagnosa Dan Masalah
Diagnosa kebidanan adalah hasil dari perumusan masalah yang diputuskan oleh bidan. Diagnosa kebidanan sebagai dasar dalam menanggulangi ancaman kehidupan klien.
Diagnosa kebidanan  dan masalah kebidanan yang muncul pada klien post forceps ekstraksi indikasi eklamsi adalah:
1.      P…….(APIAH) post forceps ekstraksi indikasi eklamsi hari ke…..
Dasar:
Ibu melahirkan dengan forceps ekstraksi pada tanggal… jam…..
Ibu mengatakan perutnya terasa mules
TFU pada hari pertama post partum setinggi pusat
Pengeluaran lochia rubra, warna merah bau anyir, jumlah…
Kejang saat hamil atau inpartu
Kesadaran composmentis, tanda-tanda vital……….
2.      Nyeri luka perineum
Dasar:
Ibu kesakitan bila berubah posisi
Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan perineum
Terdapat jahitan pada perineum
( Persis H, 1995: 286)
3.      Nyeri rahim karena involusi
Dasar:
Ibu mengatakan perutnya terasa mules, keras dan sakit
Terdapat kontraksi uterus
Tinggi fundus uteri pada hari pertama post partum setinggi pusat
Pengeluaran lochia, bau, anyir
( Persis H, 1995:   282 )
4.      Cemas karena terpisah dengan bayinya
Dasar:
Ibu dirawat terpisah dengan bayinya
Ibu menanyakan keadaan anaknya
( Persis H, 1995:  282   )
5.      Gangguan penglihatan
Dasar :
dengan jarak tertentu ibu tidak dapat melihat dengan jelas mata berkunang-kunang
 Diagnosa potensial adalah masalah yang timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengancam keselamatan ibu.( Depkes RI, 1996: 6)
1.      Risiko terjadinya kejang berulang post partum
Dasar:
Ibu mekahirkan dengan forcps ekstraksi indikasi eklamsi hari ke….
Desakan darah sistole >160 mmHg dan diastole  > 110 mmHg
Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial: pusing, penglihatan kabur dan mual
( Persis H, 1995: 107)
2.      Risiko terjadinya perdarahan post partum
Dasar:
Post partum 24 jam debgan tindakan forceps ekstraksi
Kontraksi uterus lembek, TFU tidak sesuai dengan proses involusi pada hari ke…..
( Persis H, 1995: 282)
3.      Risiko terjadinya infeksi nifas
Dasar:
Post partum dengan tindakan forceps ekstraksi
Ibu tidak melakukan mobilisasi dini
Pembalut terlihat penuh oleh darah
Suhu tubuh > 37,5 0 C
Terdapat jahitan pada perineum dengan tanda-tanda infeksi yaitu kolor rubor dolor dan fungisiolase
( Persis H,1995: 286)
4.      Risiko terjadinya bendungan ASI
Dasar:
Bayi dirawat terpisah dengan ibunya
Ibu belum meneteki bayinya
Putting susu terlihat kotor
                 Payudara teraba keras dan tegang
( Persis H, 1995:286)
5.      Risiko terjadinya retensio urine sehubungan dengan trauman persalinan
Dasar:
Post partum dengan tindakan forceps ekstraksi
Ibu tidak kencing spontan
Kandung kencing penuh
                 ( Persis H, 1995:282)
                  Tindakan segera merupakan tindakan berdasarkan beberapa data yang mengidentifikasikan keadaan gawat darurat, dimana bidan harus bertindak segera untuk keselamatan jiwa ibu dan janin. Tindakan segera untuk perawatan kebidanan pada klien masa nifas dengan post forceps ekstraksi indikasi eklamsi untuk mencegah terjadinya komplikasi selama masa nifas adalah kolaborasi dengan tim medis untuk melanjutkan  terapi eklamsi.


DAFTAR PUSTAKA

Angsar M. Dikman, 1995, Hipertensi Dalam Kehamilan, Lab/UPF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya

________, 1994, Obstetri Phantom, Fakultas Kedokteran Airlangga, Surabaya

Bennet R. Brown Linda K, 1996, Myles Text Book For Mmidwives, Chrurcchill Livingstone, Tokyo

Dennen C. Philip, 1994, Partus Forceps, Binarupa  Aksara, Jakarta

Hamilton PM, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta

Hariadi R, 1991, Obstetri Williams, Airlangga University Press, Surabaya

Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta

Long C Barbara, 1996, Perawatan Medika Bedah, YIA Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Bandung

Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, Jakarta

Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta

Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

Santosa NI, 1995, Manajemen Kebidanan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta

Sastrawinata Sullaiman, 1983, Obstetri Fisiologi, Offset, Bandung

Sastra, Sulaiman, 1983, Obstetri Patologi, Elemen Banddung

Sweet BR, 1993, Mayes Midwifery A Text Book For Midwive, Bailiere Tindall, Tokyo

Wiknyosastro, H, 1991, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo, Jakarta


Wirjoatmojo. K, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Lab/UPF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Soetomo, Surabaya

Comments
0 Comments