2.2.3.1. Definisi
Ekstraksi forceps adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. (Hanifa W,1991: 88)
Cunam atau forceps adalah suatu alat obstetrik terbuat
dari logam yang digunakan untuk melahirkan anak dengan tarikan kepala.(Phantom,______:178)
Ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang
bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah
janin ( kepala ) dengan alat cunam. ( Bari Abdul, 2001: 501)
2.2.3.2. Tujuan
Menurut Rustam Mochtar 1998,
persalinan dengan ekstraksi forceps bertujuan:
1. Traksi yaitu
menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
2. Koreksi yaitu merubah letak
kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri
dan kanan atau UUK ki /ka belakang menjadi UUK depan ( dibawah symphisis pubis)
3. Kompresor
yaitu untuk menambah moulage kepala
2.2.3.3. Jenis Tindakan Forceps
Berdasarkan
pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan
beberapa macam tindakan ekstraksi forceps, antara lain:
1. Forceps rendah
Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong
perineum, forceps dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.
2. Forceps tengah
Pada kedudukan kepala antara H II atau
H III, salah satu bentuk forceps tengah adalah forceps percobaan untuk
membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps
berat membuktikan terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat
diganti dengan ekstraksi vaccum.
3. Forceps tinggi
Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H
I atau H II, forceps tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria.
( Manuaba,1998: 348)
2.2.3.4 Indikasi
Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah
1. Indikasi ibu
Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah
setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.
Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir
artinya partus sudah berlangsung lama.
Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.
Eklamsi yang mengancam
Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV, pembukaan cervix lengkap, ketuban sudah pecah
atau 2jam mengedan janin belum lahir
juga
Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal Ibu dengan decompensasi kordis , ibu dengan
Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang), pre eklamsi berat, ibu dengan asma broncial.
Partus tidak maju-maju
Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.
2. Indikasi janin
Gawat janin
Tanda-tanda gawat janin antara
lain :
Cortonen menjadi cepat takhikardi
160 kali per menit dan tidak teratur, DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali
per menit dan tidak teratur, adanya mekonium (pada janin letak kepala)
Prolapsus funikulli, walaupun
keadaan anak masih baik
(Rustam Muchtar,1995: 84-85)
2.2.3.5 Syarat
Syarat-syarat untuk dapat melakukan
ekstrasksi forceps antara lain:
1.
Pembukaan lengkap
2. Selaput
ketuban telah pecah atau dipecahkan
3. Presentasi kepala dan ukuran kepala
cukup cunam
4. Tidak ada kesempitan panggul
5. Anak hidup termasuk keadaan gawat
janin
6. Penurunan H III atau H III- H IV (
puskesmas H IV atau dasar panggul)
7. Kontraksi baik
8. Ibu tidak gelisah atau
kooperatif
( Bari
Abdul, 2001: 502)
2.2.3.6 Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari ekstraksi
forceps meliputi
- Janin sudah lama mati sehingga sudah
tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit dipegang oleh forceps
- Anencephalus
- Adanya disproporsi cepalo pelvik
- Kepala masih tinggi
- Pembukaan belum lengkap
- Pasien bekas operasi vesiko vagina
fistel
- Jika lingkaran kontraksi
patologi bandl sudah setinggi pusat
atau lebih
(Muchtar Rustam, 1995: 85)
2.2.3.7
Komplikasi
Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut
1. Komplikasi langsung akibat
aplikasi forceps dibagi menjadi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
Perdarahan yang dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta
serta trauma jalan lahir yang meliputi
ruptura uteri, ruptura cervix, robekan forniks, kolpoforeksis, robekan
vagina, hematoma luas, robekan perineum.
Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat
sebelumnya, aplikasi alat menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran
bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri
serta saat melakukan pemeriksaan dalam
Komplikasi segera pada bayi
Asfiksia karena terlalu lama di dasar panggul sehingga terjadi rangsangan pernafasan menyebabkan
aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan
perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula
oblongata atau trauma langsung jaringan
otak.
Infeksi oleh karena infeksi pada
ibu menjalar ke bayi
Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura
tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada
mata, telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher;
gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan
fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
2. Komplikasi kemudian atau terlambat
Komplikasi pada ibu
Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta
rest, atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.
Infeksi
Penyebaran infeksi makin luas
Trauma jalan lahir yaitu
terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan
terjadinya fistula utero vaginal.
Komplikasi terlambat pada bayi dalam
bentuk:
Trauma ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps
Infeksi yang berkembang menjadi
sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis.
Gangguan susunan saraf pusat
Trauma langsung pada saraf pusat
dapat menimbulkan gangguan intelektual.
Gangguan pendengaran dan keseimbangan.
2.2.3.8 Perawatan Setelah
Ekstraksi Forceps
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa, hanya
memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi
trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi.Oleh
karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian
infus sampai tercapai keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi
rahim menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk menghindari infeksi. (
Manuaba, 1998: 253)
2.3 KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA
KLIEN POST FORCEPS EKSTRAKSI INDIKASI
EKLAMSI
Pada klien post forceps ekstraksi indikasi eklamsi
perlu dilakukan perawatan kebidanan secara intensif dengan menggunakan
pendekatan menejemen kebidanan secara terpadu dan berkesinambungan.
Untuk itu pada kesempatan ini, menejemen kebidanan
yang kami terapkan berdasarkan teori Helen Varney yang menggunakan 7
langkah,meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa, masalah, diagnosa
potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2.3.1
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan
kebidanan yang terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data yang diperoleh
dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
2.3.1.1 Data
subyektif
1.
Biodata, mencakup identitas klien serta suami yang
terdiri dari:
Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu ditanyakan nama panggilan
sehari-hari.
Umur dicatat dalam tahun, sebaiknya juga tanggal lahir klien, umur berguna
mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.
Alamat perlu dicatat untuk mempermudah hubungan
bila keadaan mendesak, misalnya ibu yang dirawat memerluan bantuan keluarga.
Dengan adanya alamat tersebut keluarga klien dapat segera dihubungi. Demikian
juga alamat dapat memberikan petunjuk tentang keadaan lingkungan tempat tinggal
klien.
Pekerjaan dicatat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pekerjaan dengan
permasalahan kesehatan klien dan juga pembiayaan.
Agama perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupan
termasuk kesehatan. Dengan diketahuinya agama klien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan dalam melakukan asuhan kebidanan.
Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya,
tingkat pendidikan dan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
Status perkawinan ditanyakan pada klien untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan.
2.
Keluhan utama
Keluhan yang mungkin dapat terjadi dan
dirasakan oleh ibu nifas post ekstraksi forceps adalah:
Ibu merasa mules-mules pada perut atau, ibu merasa sakit pada luka jahitan
perineum, adanya pengeluaran lochia rubra, merah, jumlah lebih banyak dari
keadaan fisiologis, ibu merasa pusing kepala, nyeri ulu hati dan penglihatan
kabur.
3.
Riwayat Obstetri
Riwayat obstetri yang perlu dikaji adalah
Riwayat Haid
Riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan adalah menarche, siklus teratur
atau tidak, lamanya menstruasi, banyaknya darah yang keluar, menstruasi
terakhir, dismenorrhoe. Hal ini perlu ditanyakan terutama untuk mengetahui usia
kehamilan.
Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Yang perlu ditanyakan pada klien yang pernah hamil adalah untuk menentukan
faktor risiko. Riwayat kehamilan yang lalu dengan pre eklamsi atau tidak. Pada
klien yang pernah melahirkan yaitu tempat melahirkan, cara melahirkan BB anak
saat lahir, PB anak saat lahir, usia saat ini, kelainan saat nifas dan riwayat
meneteki.
Riwayat kehamilan sekarang
Yang perlu ditanyakan adalah para, abortus, umur kehamilan, tempat
pemeriksaan kehamilan, frekwensi pemeriksaan kehamilan, kelainan yang dialami
waktu hamil, penggunaan obat dan jamu. Sewaktu usia kehamilan 20 minggu atau
lebih apakah mengalami kenaikan tekanan darah, bengkak pada wajah, tungkai,
tangan, pusing, nyeri ulu hati dan penglihatan kabur serta apakah ibu pernah
kejang selama hamil.
Riwayat keluarga berencana
Perlu dicatat bagi ibu yang pernah mengikuti
program keluarga berencana. Hal ini penting diketahui untuk mngetahui apakah
kehamilan yang sekarang memang direncanakan atau tidak. Jenis kontrasepsi yang
digunakan, lamanya menggunakan alat kontrasepsi dan rencana setelah melahirkan.
4. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang perlu dikaji meliputi:
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang dialami
Data yang perlu dikaji meliputi apakah klien punya
penyakit menular, menahun serta menurun.
Perilaku kesehatan
Data yang dukaji meliputi tanggapan klien
terhadap minum-minuman keras, merokok, personal hygiene, obat-obatan yang
sering diminum.
Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan klien
maupun bayinya, antara lain penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus,
keturunan kembar dan koch pulmonum.
5. Keadaan psikososial
Yang perlu dikaji dari pasien adalah bagaimana
sikap klien terhadap interaksi yang diadakan bidan, bagaimana rencana meneteki
bayinya, rencana perawatan bayi, dirawat sendiri atau dirawat oleh keluarga.
Juga perlui ditanyakan pengetahuan ibu tentang kesehatan setelah melahirkan
meliputi mobilisasi dini, perawatan payudara, kebersihan diri khususnya daerah
genitalia. Fungsi psikososial khususnya peran suami dalam mendukung kesembuhan
klien.
6. Riwayat adat
kebiasaan
Yang perlu dikaji adalah adat kebiasaan
keluarga dalam pertolongan persalinan dan pasca persalinan, demikian juga
adanya kebiasaan lain yang ada hubungannya dengan kesehatan klien dan janinnya.
7. Pola pemenuhan
kebutuhan
Nutrisi
Perlu ditanyakan pemenuhan nutrisi selama
dirumah sakit apakah klien menghabiskan porsi yang dikonsumsi, kalau tidak
apakah klien dibawakan makanan dari rumah.
Tanyakan juga kebiasaan makan dirumah
selama hamil biasanya berapa kali dalam
satu hari, berapa piring dalam satu kali makan, jenis makanan dan adakah
makanan yang berpantang selama hamil. Hal ini perlu ditanyakan karena kebiasaan
makan mempengaruhi proses pemulihan kesehatan klien.
Untuk klien dengan post eklamsi nutrisi
yang diperlukan adalah diit rendah
garam.Contoh diit rendah garam ada pada lampiran 2.
Aktifitas
Ditanyakan kemampuan aktifitas klien
selama dirumah sakit apakah mengalami hambatan atau tidak, karena pada ibu
nifas post eklamsi mobilisasi dini dapat
mulai dilakukan saat keadaan klien berangsur membaik kira- kira 12 – 24 jam
post partum.Mobilisasi dini dapat dimulai dengan tidur telentang, lalu miring
kanan kiri, serta belajar duduk pada hari ke dua, hari ke tiga belajar berjalan
dan hari ke empat atau kelima sudah boleh pulang.
Istirahat dan tidur
Selama dirumah sakit apakah klien dapat
memenuhi kebutuhan istirahat dan tidurnya yaitu kira-kira 7 – 8 jam sehari.
Berapa jam klien tidur dalam sehari, bila tidak dapat tidur ditanyakan apakah
sebabnya, apakah menimbulkan gangguan atau tidak.
Kebersihan diri
Selama melahirkan apakah dapat melakukan
atau mandi sendiri di kamar mandi atau masih diseka. Tanyakan kapan ganti
pembalut, berapa kali dan jumlah perdarahan.
Eleminasi alvi dan uri
Apakah selama dirumah sakit klien sudah
buang air kecil, kalau belum mengapa. Karena pada klien dengan post
operatif vaginam selama proses
persalinan kandung kemih mendapat tekanan sehingga dapat mengakibatkan gangguan
eleminasi uri, kalau sudah apakah disertai rasa nyeri atu tidak, dan buang air
kecil sudah harus terjadi secara spontan pada 8 jam post partum. Apakah sudah
buang air besar atau belum, karena pada post partum BAB sudah harus terjadi
pada hari ke 2- 3 post partum, kalau belum mengapa, kalau sudah bagaimana
konsistensi dan warnanya, tanyakan juga kebiasaan buang air besar dirumah,
karena kebiasaan buang air besar yang tidak tiap hari kadang tidak menimbulkan
gangguan.
8. Pola persepsi
Bagaimana penerimaan klien tehadap
tindakan yang dilakukan terhadap proses persalinan.
2.3.1.2 Data obyektif
Merupakan data yang diperoleh melalui pemeriksaan
fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Data obyektif yang dapat
ditemukan pada ibu nifas adalah:
1.
Riwayat persalinan
Yang perlu ditanyakan adalah tempat, tanggal, jam
persalinan, penolong, jenis persalinan serta masalah- masalah yang timbul
selama persalinan.
2. Keadaan umum,
kesadaran yang diperoleh dari pengamatan dan pemeriksaan umum pada klien saat
pengkajian .Apakah klien terlihat pucat atau segar, apakah klien sadar penuh
dan dapat beradaptasi dengan keadaan disekitarnya.
3. Tanda-tanda vital
Hal- hal yang diperiksa adalah tekanan darah, suhu
rektal atau axiler, denyut nadi dan pernafasan.
4. Tinggi badan dan
berat badan
Dapat diperiksa apabila keadaan memungkinkan,
apabila klien masih tiduran tidak perlu dicantumkan atau diukur.
5. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang perlu
diperhatikan adalah
Muka : Pucat, terdapat
chloasma gravidarum atau tidak, ekspresi wajah serta ada oedema atau tidak
Mata : Conjungtiva warna
pucat atu tidak, terdapat ikterus atau tidak pada gigi terdapat caries atau
tidak serta kebersihannya.
Mulut : Terdapat stomatitis
atau tidak, pada gigi terdapat caries atau tidak ssrta kebersihannya.
Leher : Pembesaran kelenjar
tiroid ada atau tudak, pembesaran vena jugularis ada atau tidak.
Dada : Bentuk dada simetris
atau tidak, pembesaran payudara, keras, lembek, bentuk putting susu, serta
colostrum keluar atau belum.
Perut : Inspeksi : apa ada luka bekas SC, striae,
linea
Palpasi : TFU secara normal pada hari
pertama post partum setinggi pusat serta kontraksi uterus untuk mengetahui
proses involusi.
Genitalia : Inspeksi : Kebersihan, lochia rubra,warna
merah, bau serta banyaknya.
Perineum : Terdapat bekas episiotomi,
banyaknya jahitan, oedema atau tidak, ada tanda infeksi atau tidak serta luka
tampak kering atau basah.
Anus : Adakah haemorrhoid
ekstremitas : atas: adakah oedema, terpasang
infus atau tidak
bawah:
adakah oedema, ada farices atau tidak serta reflek patela.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi Hb, asam urat,
fungsi ginjal,
Urine
Pemeriksaan laboratorium bisa diulang sesuai
keperluan.
7. Pemeriksaan
fisikProgram pengobatan dokter
Sesuai dengan terapi di konsep dasar eklamsi.
2.3.2
Analisa Data Diagnosa Dan Masalah
Diagnosa kebidanan adalah hasil dari perumusan masalah yang diputuskan oleh
bidan. Diagnosa kebidanan sebagai dasar dalam menanggulangi ancaman kehidupan
klien.
Diagnosa kebidanan dan masalah
kebidanan yang muncul pada klien post forceps ekstraksi indikasi eklamsi
adalah:
1. P…….(APIAH) post
forceps ekstraksi indikasi eklamsi hari ke…..
Dasar:
Ibu melahirkan dengan forceps ekstraksi pada tanggal… jam…..
Ibu mengatakan perutnya terasa mules
TFU pada hari pertama post partum setinggi pusat
Pengeluaran lochia rubra, warna merah bau anyir, jumlah…
Kejang saat hamil atau inpartu
Kesadaran composmentis, tanda-tanda vital……….
2. Nyeri luka perineum
Dasar:
Ibu kesakitan bila berubah posisi
Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan perineum
Terdapat jahitan pada perineum
( Persis H, 1995: 286)
3. Nyeri rahim karena
involusi
Dasar:
Ibu mengatakan perutnya terasa mules, keras dan sakit
Terdapat kontraksi uterus
Tinggi fundus uteri pada hari pertama post partum setinggi pusat
Pengeluaran lochia, bau, anyir
( Persis H, 1995: 282 )
4. Cemas karena terpisah
dengan bayinya
Dasar:
Ibu dirawat terpisah dengan bayinya
Ibu menanyakan keadaan anaknya
( Persis H, 1995: 282 )
5. Gangguan penglihatan
Dasar :
dengan jarak tertentu ibu tidak dapat
melihat dengan jelas mata berkunang-kunang
Diagnosa
potensial adalah masalah yang timbul dan bila tidak segera diatasi akan
mengancam keselamatan ibu.( Depkes RI, 1996: 6)
1. Risiko terjadinya
kejang berulang post partum
Dasar:
Ibu mekahirkan dengan forcps ekstraksi
indikasi eklamsi hari ke….
Desakan darah sistole >160 mmHg dan
diastole > 110 mmHg
Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan
intra kranial: pusing, penglihatan kabur dan mual
( Persis H, 1995: 107)
2. Risiko terjadinya
perdarahan post partum
Dasar:
Post partum 24 jam debgan tindakan forceps
ekstraksi
Kontraksi uterus lembek, TFU tidak sesuai
dengan proses involusi pada hari ke…..
( Persis H, 1995: 282)
3. Risiko terjadinya
infeksi nifas
Dasar:
Post partum dengan tindakan forceps
ekstraksi
Ibu tidak melakukan mobilisasi dini
Pembalut terlihat penuh oleh darah
Suhu tubuh > 37,5 0 C
Terdapat jahitan pada perineum dengan
tanda-tanda infeksi yaitu kolor rubor dolor dan fungisiolase
( Persis H,1995: 286)
4. Risiko terjadinya
bendungan ASI
Dasar:
Bayi dirawat terpisah dengan ibunya
Ibu belum meneteki bayinya
Putting susu terlihat kotor
Payudara
teraba keras dan tegang
( Persis H, 1995:286)
5. Risiko terjadinya
retensio urine sehubungan dengan trauman persalinan
Dasar:
Post partum dengan tindakan forceps
ekstraksi
Ibu tidak kencing spontan
Kandung kencing penuh
(
Persis H, 1995:282)
Tindakan segera merupakan tindakan berdasarkan
beberapa data yang mengidentifikasikan keadaan gawat darurat, dimana bidan
harus bertindak segera untuk keselamatan jiwa ibu dan janin. Tindakan segera
untuk perawatan kebidanan pada klien masa nifas dengan post forceps ekstraksi
indikasi eklamsi untuk mencegah terjadinya komplikasi selama masa nifas adalah
kolaborasi dengan tim medis untuk melanjutkan
terapi eklamsi.
DAFTAR PUSTAKA
Angsar M. Dikman, 1995, Hipertensi
Dalam Kehamilan, Lab/UPF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
________, 1994, Obstetri Phantom,
Fakultas Kedokteran Airlangga, Surabaya
Bennet R.
Brown Linda K, 1996, Myles Text Book For Mmidwives, Chrurcchill
Livingstone, Tokyo
Dennen C. Philip, 1994, Partus
Forceps, Binarupa Aksara,
Jakarta
Hamilton PM, 1995, Dasar-Dasar
Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta
Hariadi R, 1991, Obstetri Williams,
Airlangga University Press, Surabaya
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan
Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
Long C Barbara, 1996, Perawatan
Medika Bedah, YIA Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Bandung
Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan
Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan,
Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, Jakarta
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis
Obstetri, EGC, Jakarta
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Santosa NI, 1995, Manajemen
Kebidanan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta
Sastrawinata Sullaiman, 1983, Obstetri
Fisiologi, Offset, Bandung
Sastra, Sulaiman, 1983, Obstetri
Patologi, Elemen Banddung
Sweet BR, 1993, Mayes Midwifery A
Text Book For Midwive, Bailiere Tindall, Tokyo
Wiknyosastro, H, 1991, Ilmu
Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo, Jakarta
Wirjoatmojo. K, 1994, Pedoman
Diagnosis Dan Terapi, Lab/UPF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya